×

Terkini

Monggo Dikaji, Pengguna Jalan Anggap ‘Lawan Arus’ Lalu Lintas Lebih Efektif

Kira-kira mana yang perlu diutamakan. Merevitalisasi tata kelola jalur lalu lintas atau bangkitkan kesadaran publik agar mau merubah perilaku pragmatis yang melatari kebiasaan melawan arus lalu lintas. Monggo. Penting atau dianggap tidak penting ini sebuah realitas yang berpotensi resahkan pengguna jalan secara umum dan terjadinya laka lantas.

Bagi sebagian warga, berkendara melawan arus lalu lintas sudah jadi pilihan utama. Setiap hari pengguna Jl. Mojopahit dari arah selatan bisa melihat hal itu. Tepatnya di depan pintu sisi utara pertokoan Getz atau dekat fasilitas putar balik dekat Kampus I Muhammadiyah Sidoarjo.

Pengguna sepeda motor, becak, dorkas, becak, motor dan mobil: setelah manfaatkan jalan tembus dari kawasan Pasar Larangan; melewati area perumahan Jenggolo ( Jl. S. Priyo Sudarmo ) dan Lembaga Pendidikan Cendikia ( di belakang RS. Notopuro Sidoarjo) seringkali menelusuri sisi kanan melawan arus. Irit dan muda. Jaraknya tak lebih 60 meter sudah masuk Jl. Mojopahit; jalur utama menuju arah selatan.

Melawan arus pun dianggap jalan pintas cukup efektif. Beberapa pengendara mengaku, enak menerabas arus ketimbang belok kiri (arah utara). Mau ke Pabrik Gula Candi, Pt. Ecco atau meneruskan perjalanan ke Tanggulangin dan Porong putar baliknya relatif jauh lebih 200 meter. Ada lampu merah lagi di perempatan Celep. Kemudian masih harus belok ke kiri di Jl. Erlangga untuk bisa putar balik. Untuk langsung belok kanan masuk Jl. Mojopahit harus lewati lampu merah lagi. Ribet, buang waktu dan BBM.

Pemandangan serupa juga terlihat : di sisi kiri – kanan jl. Diponegoro dan Jl. Soenandar Priyo Soedarmo. Dari arah utara beragam pengguna jalan sama sekali tak ragu menembus arus padat merayap ke araah selatan; alternatifnya menuju pasar atau terminal Larangan dan Jl. Erlangga.

Alasannya sama. Jaraknya lebih 700 meter. Bila ikuti aturan jalur, untuk capai Jl. Maojopahit atau Pasar Larangan harus menelusuri jl. Diponegoro, Husni Thamrin, Ahmad Yani, Gajamada; dan barulah masuk Jl. Majapahit. Apalagi Jl. Slautan sebagai jalan pintas alternatif telah diubah satu jalur. Diujung barat pun ada tanda bundar merah garis putih; larangan masuk dan barrier penghalang separo jalan.

Warga Sekardangan Gang I – IV, Perumahan Sekarangan Indah atau pengunjung Kantor Urusan Agama pun tak mau kalah. Jalur kiri – kanan Jl. Dr. Wahidin dari arah selatan ke utara : melewati depan SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SPBU saat ingin ke kawasan Perumahan Bumi Citra Fajar, SPBU, Bulusidokare, Desa Rangkah Kidul atau RS. Subandi serta Sekolah Muhammadiyah di Jl. Samanhudi.

Monggo realitas ini dicermati, dikaji dan dipetakan untuk tetapkan jalur lalu lintas po rakyat dan cegah potensi laka lantas. (tac)