
Pulang kampung disik alias mudik. Tradisi sambang tanah kelahiran ini telah membudaya dikala menikmati hari kemenangan usai beribadah puasa sebulan penuh. Rutinitas jelang atau usai sholat Idul Fitri ini sulit terabaikan.
Mengapa ! Ada keinginan menikmati kembali momentum masa lalu; sungkem orang tua dan melepas rasa rindu, memperbaiki ikatan silahturahmi seduluran, guyup rukun, dan mencicipi lagi memori pola hidup dalam kesederhanaan.
Nabi Muhammad SAW bersabda: barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (sisa) umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya.” (HR Bukhori)
Tradisi mudik ! Selain aktualisasi pelestarian kearifan lokal dan penguatan ikatan premordial, bagi warga muslim ini bukan sekadar ritual tahunan. Ini merupakan manifestasi rasa syukur, penghormatan terhadap leluhur dan orang tua, serta pembudayaan spirit melebur kesalahan dengan saling memaafkan.

Tidak hanya itu . Perjalanan panjang pulang kampung, juga merupakan sarana melatih kesabaran, ketabahan dan kepedulian berbagi dengan sesama, baik materi atau non materi. Sekaligus komitmen satukan keluarga. Termasuk mengembalikan diri ke asal-usulnya, mengingat jasa orang tua, dan mensyukuri setiap langkah hidup yang Allah berikan.
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 152) (*)
foto: ist