×

Terkini

Kisah Inspiratif TKI Asal Serang

Sudah terbukti. Nasib bisa diubah dengan tekad dan kerja keras. “Bagi saya, pendidikan adalah harga mati. Dulu, kuliah bagaikan langit dan bumi untuk orang miskin seperti saya. Tapi, jika kita bersungguh-sungguh, Allah akan membuka jalan.

Mimpi sederhana Nuryati Solapari (45) kala itu hanya ingin kuliah. Tekad itu disimpan dan diperjuangkan, perempuan kelahiran Serang, Banten, 2 Juni 1979. Keterbatasan ekonomi  jadi penghalang sementara.

Selepas lulus SMA Prisma Kota Serang Lulusan terbaik tahun 1998 ini merasa sedih; melihat dan mendengar temannya melanjutkan kuliah.  Di sela rasa putus asa, dirinya berkunjung ke rumah nenek di Serang; sebutannya Kampung TKI.  Mengingat, tidak warga kampung memilih jadi TKI untuk merubah status sosial atau ekonomi.

Niat jadi TKW agar bisa kuliah diungkapkan pada ibunya.  Awalnya, keluarga besar menentang. Melihat tekad anak sudah terlanjur bulat dan ibunya mengijinkan. Bermodalkan semangat dan kardus mi instan berisi buku pelajaran, Nuryati berangkat ke Arab Saudi melalui agen penyalur tenaga kerja.  

Demi bertahan hidup di penampungan, tiada peduli harus tidur di depan toilet.  Begitu pula urusan makan, hanya nasi tanpa lauk. Bahkan disuruh mengaku sebagai lulusan SD, meski  lulusan terbaik SMA. Semua itu tak memupuskan tekadnya. “Disindir,  jadi pembantu saja ribet, bawa buku. Saya ingin kuliah,” curhat Nuryati.

Di wilayah Tabuk, Arab Saudi, Nuryati menjadi pengasuh anak keluarga dokter. Saat melihat kardus yang dibawanya penuh buku, majikan terkejut. Saat ditanya alasannya bekerja, saya ingin kuliah atau ingin jadi orang hebat” katanya.

Sang majikan kagum. Nuryati pun diperlakukan sangat baik. Bahkan membiasakan membaca buku dan belajar saat diberi kesempatan istirahat siang.  

Nuryati diberi hadiah umrah dua kali. Dia tak lupa minta ampunan dosa untuk orangtua dan agar bisa kuliah waktu ibadah umrah. Bujukan  majikan untuk Nuryati tinggal lebih lama dengan iming-iming hadiah haji untuk orangtuanya tak goyahkan tekad untuk kuliah. Keinginan tersebut diapreasiasi positif majikan. Hadiah kalung emas pemberian majikan pun dijual sebagai  biaya kuliah.

Tahun 2001, Nuryati diterima di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang.  Sambil bekerja di restoran cepat saji, tak mengganggu langkahnya meraih gelar sarjana. Setelah itu, melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Jayabaya, Jakarta. Gelar S2 diraih dan jadi bekal ikuti pendidikan S3. Gelar doktor di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung pun diraih predikat memuaskan. Kini, Nuryati menjadi dosen Fakultas Hukum di Untirta sekaligus pekerja sosial itu aktif memberdayakan dan memberikan advokasi kepada calon TKI, mantan TKI, serta keluarga mereka. (Tac)  (dikutip dari kompas.com)