
Raja Erlangga bukan orang lain. Pemikiran Penguasa Kerajaan Kahuripan dan Kawasan Kerajaan Jenggolo ini layak jadi inspirasi dalam tata kelola infrasruktur fisik dan rohani.
Merujuk makna harfiah Sidoarjo dalam bahasa Jawa : ‘Sidho’ : berarti mata air atau sumber air. Sedangkan ‘Arjo’ ! Ringkasan kata ‘Arep jumeno’: artinya berkumpul atau akan berkumpul. Bila disatukan, Sidho Arjo bermakna: tempat berkumpulnya mata air.
Bicara tata kelola air, Raja Erlangga ahlinya. Dalam Prasasti Kamalagyan yang ditemukan di sekitar Desa Kelagen, Krian, Sidoarjo sedikit terungkap: sekitar tahun 1037 telah dimulai pembuatan Bendungan Waringin Sapta. Fungsinya ! Menahan gelombang pasang (arus laut) dan meredam luapan sungai Brantas dari barat saat musim penghujan.

Sungai besar penghubung Kerajaan Kahuripan dengan dunia luar itu seringkali menjebol tanggul – tanggul di kawasan sepanjang aliran sungai. Namun dibalik ancaman itu, sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo itu memiliki daya manfaat penting ! Suburkan sawah ladang sebagai penopang kebutuhan sandang pangan dan jalur lintas perdagangan antar wilayah.
Raja Airlangga, sang penguasa Kerajaan Kahuripan kemudian mengagas proyek mahakarya atasi luapan sungai Brantas. Totalitas tata kelola : irigasi dan infrastruktur. Wujudnya, bendungan Waringin Sapta dibangun sepanjang sekitar 35 km; dari bibir utara Kali Porong sampai dengan bibir selatan Kali Mas. Plus upaya renovasi Bandar (Pelabuhan) Laut dan sungai.

Kelengkapan lain tidak diabaikan : totalitas penataan wilayah lembah Hilir Delta Brantas; mulai terkait tata aliran air sungai, pembuatan sungai-sungai baru dan kanal-kanalnya; sekaligus penguatan tanggul-tanggul di kisaran bibir aliran sungai Brantas. Plus penataan sarana prasarana umum, pembentukan kawasan pertanian, lahan perikanan ( tambak-tambak); sekaligus sistem pengendalian banjir.
Kawasan pemukiman juga jadi prioritas, seiring pesatnya pertumbuhan penduduk. Lokasinya tidak jauh dari kawasan istana. Usai urusan tata kelola infrastruktur secara fisik, dilanjutkan pembinaan sisi kerohanian masyarakat Kahuripan berbasis agama Siwa, Buddha, dan agama Resi atau Brahmin.
Saat ini bendungan Wringin Sapta ditengarai sudah berubah fungsi; sebagai jalan raya Porong – Wonokromo; kala itu lurus 100 persen. Hanya ada sedikit kelolakan di sekitar desa Kalitengah -Tanggulangin.

Sidoarjo kini juga perlu berani menggagas proyek mahakarya untuk atas banjir, penataan kawasan permukiman, dan upaya terstruktur – masif melalui pemetaan wilayah secara komperhensif. Plus program mahakarya berbasis sosial, ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan mandiri berkesinambungan.
C. Rahadi dari berbagai sumber
foto : ilustrasi – Ist