
Banjir dan Genangan air di Sidoarjo dampak curah hujan tinggi masih belum surut di beberapa wilayah. Realitas ini dibarengi air laut pasang. Disisi lain, kondisi sungai rata-rata kurang berfungsi optimal. Pembersihan dan pengerukan masih tidak kontinyu.
Melihat realitas ini, Politisi PKB dan anggota Komisi C DPRD Sidoarjo , H. M. Abud Asyrofi, S.Pd.I, mengungkapkan banjir akan tetap menjadi masalah dan tantangan yang berulang bagi pemerintah daerah, DPRD, Stakeholder dan seluruh warga Sidoarjo.
“Upaya penanganan sudah coba dilakukan. Namun siapa pun yang terkait jangan pernah patah arang. Penanganan lebih komprehensif tetap diperlukan dan wajib dilakukan,” katanya.

Diantaranya, peningkatan infrastruktur drainase, normalisasi sungai, dan program mitigasi penurunan tanah. Kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk menemukan solusi jangka panjang yang efektif.
Tidak ada kata terlambat. Jangan ragu lakukan kajian totalitas lintas sektoral yang sinergis. Banjir hari ini bisa jadi terkait ketidaksinkronan tata kelola lingkungan, kebutuhan lahan industri, perumahan, kecukupan fasilitas lahan untuk resapan, bersih-bersih alur sungai atau pengerukan. Inilah kompleksitasnya yang perlu dibahas bersama.

Data Badan Penanggulangan Bencana Sidoarjo (BPBD) Sidoarjo, banjir menggenangi sejumlah kecamatan, yakni Waru, Candi, Tanggulangin, Jabon, Sukodono, dan Taman. Kondisi terparah terjadi di Tanggulangin karena terdapat 11 desa yang terendam banjir dengan ketinggian 20-70 sentimeter.
(tac)