Refleksi 27 Tahun PKB di Sidoarjo
Catatan kemarin ! Sesuai Keputusan KPU Sidoarjo nomor 1261 Tahun 2024 tentang hasil pemilu DPRD Sidoarjo: PKB masih dipercaya 296.735 warga. Kekuatan kinerja personal pekerja partai di 18 kecamatan itu merupakan keunggulan luar biasa di 6 daerah pemilihan.

Unik ! Euforia keunggulan personal pekerja partai tampaknya perlahan melemah auranya. Saat jelang Pilkada 2025 di rentang waktu 5 bulan dari 3 Maret 2024 – 23 Juli 2025, soliditas kinerja personal tak lagi utuh menyatu. Jalin kebersamaan secara kolektif melonggar. Bahkan kebijakan koalisi tak menguatkan lonjakan dukungan pemilih.
Beragam dugaan pemicu bergerak seperti api dalam sekam. Hangatnya terus merambat seiring silang pendapat melorotnya perolehan kursi parlemen tahun 2025 dibanding tahun 2019. Rumors adanya friksi di internal partai dan benturan psikologi antar pekerja politik ditambah lagi ada aroma dugaan penyalahgunaan dana Banpol merebak ke permukaan.
Disela kasak-kusuk semua itu! Keresahan adanya perbedaan sikap; komitmen dan loyalitas dalam menjaga atau mengamankan eksistensi partai semakin sulit diharapkan. Ketua DPC PKB H.Subandi memilih lompat pagar dan berjuang bersama Partai Gerindra. Selasa 27-08-2024 surat rekomendasi B-1 KWK diterima dan diduetkan dengan kader sendiri Hj. Mimik Idayana dalam kontestasi Pilkada 2025.
Rekomendasi itu turun 4 bulan setelah H. Subandi selaku wakil bupati ditetapkan jadi pelaksana tugas Bupati Sidoarjo sesuai SPT nomor SK100.1.4.2/585/011.2/2024 tertanggal 7 Mei 2024. Ditandatangani Bobby Soemiarsono selaku Pj Sekretaris Daerah Provinsi Jatim. Segala urusan tata kelola anggaran, aktivitas pemerintahan dan akses birokrasi pun otomatis berada dalam genggaman.
PKB seperti kehilangan induk. Pergantian penanggungjawab menggugah beragam reaksi. Ada indikasi pembelotan dalam senyap. Tak sulit dibuktikan namun berpotensi bikin konflik bila dipersoalkan. Apalagi dibarengi gelombang dinamika politik yang berbaur arus kepentingan terasa semakin terasa goyahkan komitmen, loyalitas atau apa pun sebutannya. Hasilnya ! harapan. Keunggulan H. Subandi – Hj. Mimik Idayana tak terhadang dan terpilih jadi pemimpin baru Sidoarjo. Tongkat pemerintahan yang selama 20 tahun dalam genggaman PKB terlepas dan berpindah tangan.
Duh. Setelah 100 hari masa pemerintahan baru ada arus degradasi kepercayaan. Mayoritas fraksi di gedung DPRD : PAN, PDIP, Nasdem, PKS – PPP yang sempat berkoalisi dengan PKB memilih lebih bersikap kritis dan satu jalur dengan Partai Gerindra – Golkar ! Menolak Raperda Pertanggungjawaban Bupati tentang Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2024; dengan alasan berbeda yang dapat dipertanggungjawabkan. Bagi PKB memutuskan jalan lain, memilih bersamai pemerintahan H. Subandi – Hj. Mimik Idayana sebagai mitra kritis.
Terlepas apa pun istilahnya: bersikap kritis atau jadi mitra kritis bagi PKB Sidoarjo tantangan tak mudah untuk 5 tahun ke depan. Arena politik Sidoarjo wajib dicermati ! Revitalisasi strategi dan keberanian menetapkan strategi politik secara kolektif dan optimalkan citra personal pekerja partai jelas dibutuhkan. Minimal untuk Bangkit Bersama, Merawat Perbedaan, Membangun identitas diri, dan lembaga demi tegaknya eksistensi partai. Tak ada yang abadi ; komitmen kebersamaan dan loyalitas semua hanyalah keniscayaan yang semu kecuali kepentingan. (*)
editor : Ratucahadi
foto : Ist (reka ulang)