×

Terkini

Habis ‘Tergoda’ Arus Genangan Air, Disusul ‘Kemacetan’

Belum genap sehari ‘tergoda’ derasnya curah hujan dan genangan air. Pengguna jalan di kawasan ‘lingkar utama’ ekonomi produktif Sidoarjo Kota terhambat kepadatan lalu lintas; alias kemacetan.

Rabu sekitar pukul 08.15, kepadatan kendaraan ‘mencengkram’ Jl. Gatot Soebroto – Jl. Soenandar Priyo Soedarmo arah Pasar Induk Larangan, Jl. Mojopahit, lokasi pusat oleh-oleh kerupuk udang, Jl. KH. Hasan Mukmin, salah satu pusat elektronik dan HP, kafe dan kuliner. Plus jalur utama menuju pusat kota : Jl. Diponegoro; ada Stasiun Kota, Pusat Garmen dan Fashion, plus kuliner dan makanan khas daerah.

Laju lalu lintas terlihat bergerak sangat lambat sejak memasuki jalan raya Desa Bligo Candi; sekitar Pabrik Ecco. Setelah mendekati lampu merah Larangan; ujung selatan Jl. Mojopahit ada yang memilih belok Jl. Gatot Soebroto melewati Jl. Soenandra Priyo Soedarmo depan Pasar Induk Larangan.

Selain itu, tidak sedikit yang memilih lurus melewati Jl. Mojopahit. Sekilas tak terlihat tanda-tanda kemacetan. Namun setelah RS. Daerah Notopuro dan Kantor Cabang Pegadaian, tepatnya di sekitar Toko Tanjung arus lalin mulai padat merayap. Bahkan tidak bergerak saat mendekati perempatan lampu merah Kelurahan Celep. Di lokasi itu terjadi penumpukan beragam jenis kendaraan, sebelum belok arah Jl. Erlangga dan Jl. KH. Hasan Mukmin.

Khusus di tikungan Jl. Erlangga terpantau kemacetan sudah terurai sekitar pukul 10.30. Berbeda dengan kondisi di tikungan masuk Jl. KH. Hasan Mukmin. Sampai pukul 12.20, kemacetan belum terurai maksimal. Realitas itu terdampak luapan air sungai ke jalur utama dan timbulkan genangan di sisi kanan jalan. Begitu pula di Jl. Diponegoro; kendaraan tak mampu bergerak cepat. Apalagi ada arus kendaraan dari perumahan Sidokare, aktivitas parkir pengunjung toko garmen, penumpang turun di stasiun kota dan lainnya.

Bila dirunut penyebabnya, luberan itu terkait kurang berfungsi drainase. Dampaknya, sisa genangan air akibat lebatnya curah hujan tidak bisa bergerak maksimal ke arah sungai yang berjarak hanya beberapa meter; sebelah kanan Jl. KH. Hasan Mukmin dan Jl. Diponegoro. Apalagi ditambah dorongan air laut pasang.

Sebuah peristiwa alam yang sulit dicegah. Kapankah para pihak bertanggung jawab menemukan solusi. Utamanya tata kelola drainase yang disertai penataan lingkungan atau permukiman bebas banjir. Benarkah sudah lelah untuk berinovasi. Semoga pemerintahan baru mampu tumbuhkan spirit baru. Bukan sekedar wacana.

editor : C. Rahadi