
Gelombang letupan demokrasi dan reformasi 1998 adalah benih spirit reformasi yang masih layak ditumbuhkembangkan. Tujuan kala itu, ingin wujudkan sistem pemerintahan lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. Selain itu, berharap terhapusnya praktik korupsi dan nepotisme di negara ini.
Kilas balik reformasi dan letupan demokrasi 1998. Kabar mahasiswa turun ke jalan jadi tranding topik. Gelombang ‘letupan hasrat demokrasi dan reformasi’ dari berbagai elemen mahasiswa menebar ke mana-mana. Penyulutnya krisis finansial Asia di tahun 1997. Bahkan para mahasiswa juga menuntut Presiden RI Soeharto lengser. Kegaduhan dalam negeri pun tak terelakan.
12 Mei 1998. Sekitar pukul 12.30 WIB, gelar aksi mahasiswa bergerak dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara DPR. Kala itu disebutnya aksi damai. Pasukan Polri dan Militer pun bersiaga melakukan pengamanan dan kendalikan situasi. Jalanan pun di blokade. Negoisasi dilakukan.
Pukul 17.15 mahasiswa putuskan mundur. Aparat keamanan diwartakan bergerak maju. Disela-sela itu, terdengar suara letupan senjata. Beberapa saat kemudian dikabarkan ada korban. Elang Mulia Lesmana. Mahasiswa Fakultas Arsitektur Universitas Trisakti angkatan 1995 gugur. Meski upaya membawa ke Rumah Sakit Sumber Waras telah dilakukan. Namun jiwanya tak terselamatkan. di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan jadi tempat di peristirahatan terakhir.
Para mahasiswa dan warga Indonesia di negeri Kanguru juga unjuk rasa di depan Parliament House Melbourne Australia the Night Before Pak Harto Stepped Down. Disela aktivitas solidaritas itu, kembali ada kabar duka. Heri Hertanto, Mahasiswa Fakultas Teknik Industri Angkatan 1995. Hafidin Royan; Mahasiswa kelahiran 28 September 1976 jurusan Teknik Sipil angkatan 1995; Hendriawan Sie; Mahasiswa Fakultas Ekonomi (1996) asal Balikpapan; gugur menyusul Elang Mulia Lesmana.
Gugurnya 4 mahasiwa Universitas Trisakti Jakarta ini boleh disepakati sebagai tonggak sejarah reformasi di negeri ini. Tujuh tahun setelah peristiwa 12 Mei 1998 itu, tepatnya dua hari sebelum peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia — 15 Agustus 2005 — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan anugerah tanda kehormatan Bintang Jasa Pratama dan menetapkan empat mahasiswa Universitas Trisakti : Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, Hendriawan Sie yang gugur dalam peristiwa Tragedi Trisakti Mei 1998 sebagai Pahlawan Reformasi. Ketetapan ini berdasarkan keputusan Presiden Nomor 057 / TK/ 2005 tanggal 9 Agustus 2005. Jasmerah ! Jangan sampai melupakan sejarah.
Jaga spirit reformasi dan demokrasi; yang pernah diperjuangkan 4 pahlawan reformasi yang gugur. Mengingat ! Potensinya dapat dimasifkan sebagai upaya inovasi dan restrukturisasi sistem untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, tingkatkan akses kebutuhan dasar ublik, ketersediaan lapangan kerja dan eliminir kolusi, korupsi dan nepotime secara bertahap.
editor : C. Rahadi
foto : ist – ilustrasi